Judul: Bapak Tua Demam
Penulis: Santoso Mahargono
Penerbit: Kota Tua
Tahun Terbit: 2009
Pengantar Penerbit
Kumpulan 43 puisi ini ditulis sangat reflektif oleh penulis. Puisi- puisi dibuat atas
realitas di sekitar yang semakin hari semakin menggelisahkan. Sebagaimana yang
ditulis dalam puisi Media Sosial. Salah satunya, di buku ini dituliskan, “Apakah aku
harus menjadi tuan bagi media sosial? Ataukah media sosial menjadi tuanku saja?”
Tidak hanya itu, kumpulan puisi penuh dengan pesan moral. Mulai dari perjuangan
seorang ibu, hingga romansa rindu yang diganggu oleh “pesing”. Sungguh puisi-
puisi yang layak untuk dibaca dan diserap bait maknawinya.
Editor
Penerbit Kota Tua
Islam Toleran bukan Islam in Toleran
KATA PENGANTAR oleh Prof. Dr. H. Masykuri Bakri, M .Si*
(Rektor Universitas Islam Malang)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warrahmutullahi Wabarakatuh.
Manusia adalah makhluk mulia yang berpeluang besar untuk berkarya. Saya orang yg selalu optimis mendudukkan manusia sebagai kekuatan raksasa untuk mengubah tatanan kehidupan manusia dalam membangun budaya dan peradaban. Maka dari itu seseorang hidup harus ada legacy yang bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Almarhum al maghfurlah KH Oesman Mansoer sosok Kyai dan akademisi yg hebat, beliau telah meninggalkan banyak legacy bagi generasi penerus, sikap menghormati orang lain, rendah hati, terbuka akan masukan dari orang lain, supel dalam berintraksi termasuk dengan mahasiswa, rasa kasih sayangnya terhadap yang muda ketika beliau masih hidup, banyak kesan positif dari sosok beliau yg sederhana baik dalam berpakaian maupun tutur katanya menjadi penyejuk.
Dari banyak karya dan teladan dari beliau, salah satu legacynya yang begitu terasa adalah Universitas Islam Malang (Unisma) yang kini sudah menjadi salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia. Unisma sudah menjadi kampus kebanggan Nahdlatul Ulama’ (NU) yang bersiap menjadi World Class University (WCU) pada 2027, sembari sekarang dipersiapkan dengan kekuatan penuh dan tahapan-tahapan konkrit dari pimpinan.
Perjalanan panjang Unisma hingga saat ini tidak terlepas dari peran KH. Oesman Mansoer yang merupakan salah satu pendiri Unisma. Dalam catatan sejarah, KH Oesman Mansoer adalah satu dari tim sembilan panitia pendirian Unisma.
Berdasarkan kerja keras tim sembilan itulah, pada 27 Maret 1981 berdirilah Yayasan Sunan Giri, yang sekarang menjadi Yayasan Universitas Islam Malang. Para sarjana Islam ketika itu, termasuk KH Oesman Mansoer, KH. Tholchah Hasan, H. Abdul Ghofir, H. Fathullah dan kawan-kawan mendambakan perguruan tinggi Islam yang moderat dan berhaluan Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Karena peran penting para pelopor dan pendiri Unisma ini, pimpinan di kampus ini selalu mengingat jasa-jasa para pendiri itu. Untuk KH Oesman Mansoer, saat ini namanya sudah kami abadikan menjadi nama ruang pertemuan di kampus Unisma. Kami juga pernah bersilaturahmi kepada keluarga dan ahli waris para pendiri, termasuk keluarga KH Oesman Mansoer.
Selain Unisma, tentu saja banyak legacy lain dari KH Oesman Mansoer. Beliau tercatat sebagai Dekan IAIN Sunan Ampel Malang pada 1969-1972 dan merintis berdirinya beberapa lembaga pendidikan Islam seperti SMP Islam dan SMA Shalahuddin Malang serta Akademi Pendidikan Ilmu dan Agama Islam (APIAI) pada 1959.
Hadirnya buku ini juga merupakan legacy dari KH Oesman Mansoer. Di kalangan Ulama’ zaman saat itu, cukup sedikit Ulama’ yang mempunyai kecakapan menulis. Dan KH Oesman Mansoer menjadi bagian dari yang sedikit itu.
Sama dengan Unisma, buku ini merupakan karya monumental karena tidak terikat pada ruang dan waktu. Meski buku ini terbit pertama kali pada 1980, tapi masih sangat relevan dalam konteks saat ini.
Di tengah gerakan Islam Fundamental dan Islam Identitas yang kian terkonsolidasi saat ini, buku Islam dan Kemerdekaan Beragama ini sangat layak dibaca kembali. Di buku ini, kita setidaknya bisa belajar tentang Islam yang penuh welas asih (rahmah), bukan Islam yang marah, Islam yg toleran bukan Islam yg in toleran. Ada banyak teori barat, dan juga kajian al Qur’an yang tersaji di buku ini. Karena begitu kompleksnya pembahasan, buku ini relevan tanpa terikat oleh tempat dan waktu.
Karena begitu pentingnya buku ini, Universitas Islam Malang (Unisma) mendukung penuh penerbitan ulang buku ini. Baik secara finansial dan dukungan moral, Unisma mensupport penuh. Semoga dengan terbitnya buku ini, bisa menjadi pembelajaran bagi siapapun, khususnya bagi civitas akademika Unisma.
Penerbitan buku ini juga semakin membenarkan istilah Verba Volant, Scripta Manent yakni yang terucap akan hilang, yang tertulis akan abadi. Meski terbit pertama kali pada 1980, tapi pikiran-pikiran KH Oesman Mansoer tetap segar dan abadi melalui karyanya yang ada di dalam buku ini.
Akhirul kalam, semoga penerbitan ulang buku ini bermanfaat… Amin Ya Allah Ya Mujibassailien. Wallahu ‘Alam bi as Sowab.
Wa’alaikum salam warrahmatullahi wabarokatuh.
Penulis: Eggy Fajar Andalas, dkk
Peneliti perlu menyadari bahwa sastra lisan bukan hanya persoalan teks semata. Akan tetapi, kehadiran teks sastra lisan selalu diiringi dengan aspek tekstur dan konteks yang melingkupinya. Teks hanyalah salah satu bagian dari peristiwa “komunikasi” lisan yang menjadi medium antara penampil dan penonton sastra lisan. Hal ini didasari fakta bahwa eksistensi sastra lisan sangat bergantung pada tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Sastra lisan tidak dapat dipandang layaknya teks sastra tulis karena sastra lisan eksis hanya ketika ia ditampilkan saja. Tanpa adanya “pertunjukan”, keberadaan sastra lisan tidak ada.
Buku ini dirancang sebagai sebuah petunjuk praktis bagi mahasiswa ataupun peneliti dari berbagai displin ilmu yang tertarik untuk mengkaji fenomena budaya lisan yang ada di masyarakat.
Buku Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran karya Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Dr Masykuri Bakri M.si ini berisi tentang konsep belajar dan pembelajaran yang bersumber dari banyak literatur. Ada sembilan topik bahasan manajemen pendidikan dalam buku ini. Dimulai dari konsep manajemen pendidikan dasar hingga konsep manajemen pendidikan agama islam.
Selain itu, buku ini cocok menjadi pedoman pendidik atau guru dalam melakukan pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif dengan panjang lebar dibahas dalam buku ini. Dengan tidak pada satu tawaran, akan tetapi banyak tawaran inovasi pendidikan.
Materi yang ada dalam buku ini diantaranya sebagai berikut:
1. Inovasi Manajemen Pendidikan
2. Inovasi Kurikulum Pendidikan
3. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
4. Inovasi Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
5. Pembelajaran Kontekstual
6. Inovasi Belajar dan Pembelajaran
7. Inovasi Pembelajaran Berbasis PAIKEM
8. Teori Belajar dan Pembelajaran Inovatif
9. Implementasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sapeken adalah sebuah kecamatan di gugusan Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep (Jawa Timur). Wilayah ini terletak di bagian paling ujung kepulauan Madura. Penduduk di Kepulauan Sapeken ini umumnya berbahasa Sulawesi (bahasa Bajo, Mandar, dan Bugis). Akses ke Kepulauan Sapeken adalah dengan menggunakan kapal penumpang atau kapal perintis melalui dengan rute Pulau Madura (Pelabuhan Kalianget, Sumenep) atau Banyuwangi (Pelabuhan Tanjungwangi). Mayoritas penduduk Sapeken bermata pencaharian nelayan tangkap. Sebagaimana permasalahan nelayan Indonesia pada umumnya, kemiskinan menjadi permasalahan utama di Sapeken. Kepulauan Sapeken sebenarnya memiliki potensi perikanan yang masih terbuka untuk investasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya karena dianugerahi kondisi geografis yang sangat mendukung yaitu berupa budidaya laut (marine culture). Lahan yang dimanfaatkan hanya sedikit dari luas lahan potensi marine culture yang efektif (diperkirakan puluhan ribu hektar).
Buku ini menyajikan informasi mengenai berbagai kegiaatan yang telah kami laksanakan selama tiga tahun di daerah tersebut. Namun demikian, untuk menambah bobot ilmiah serta bentuk tanggung jawab akademik, maka dalam buku ini disampaikan pula kajian referensi yang mendukung. Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi tentang konsep model pendampingan masyarakat, corporate social responsibility, dan urgensi pendampingan nelayan/pembudidaya. Bagian tersebut terdiri atas dua bab, yaitu Bab 1: Model Pendampingan dan Urgensi Pendampingan Untuk Pengembangan Nelayan/Pembudidaya, dan Bab 2: Pengembangan Masyarakat Melalui Corporate Social Responsibility. Sementara itu, bagian kedua berisi tentang best practice program pengabdian ipteks bagi wilayah (IbW) – corporate social responsibility (CSR). Bagian tersebut terdiri atas empat bab, yaitu Bab 3: Profil Perusahaan Mitra (SKK Migas – Kangean Energy Indonesia), Bab 4: Keadaan Umum Daerah Pengabdian, Bab 5: Potensi, Kendala, dan Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Kepulauan Sapeken, dan Bab 6: Kegiatan Pendampingan yang Dilakukan (Program Ipteks Bagi Wilayah-Corporate Social Responsibility [IbW-CSR]). Penyajian materi-materi tersebut diharapkan dapat memberi inspirasi bagi pembaca, khususnya bagi dosen, peneliti, pengambil kebijakan, maupun masyarakat yang memiliki ketertarikan serta concern pada tema-tema tersebut.
Selamat membaca, semoga buku ini memberikan inspirasi!
Buku ini disusun sebagai upaya memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa budidaya rumput laut dapat memberikan manfaat lebih kepada masyarakat, salah satunya dengan mengintegrasikannya dengan budidaya teripang. Budidaya teripang bahkan dapat memberikan penghasil sangat besar karena berpotensi ekspor. Budidaya teripang dapat menjadi usaha yang dilakukan bersamaan dengan budidaya rumput laut, jeda musim menangkap ikan, atau sembari menunggu masa panen rumput laut. Buku ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat umum, khususnya masyarakat mitra program pengabdian Ipteks bagi Wilayah di Kepulauan Sapeken Kabupaten Sumenep. Tentunya dengan buku ini, diharapkan masyarakat dapat termotivasi untuk berbudidaya dan nantinya dapat berkreasi bagaimana membuat pakan teripang berbasis rumput laut, dan limbah-limbah perikanan laut lainnya dan limbah peternakan, serta mengolah teripang dengan tepat agar layak jual sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan kemanfaatan rumput laut, bahkan dalam level yang layak dijual secara besar-besaran. Dengan demikian, kedepannya masyarakat akan semakin kreatif, produktif, dan sejahtera.